Label

Label

Minggu, 18 Desember 2016

” Capres” Pengukur Kadar Makan dari IPB

View Article
Banyak orang yang sekarang ini memiliki berat badan tidak ideal atau bisa dikatakan obesitas. Hal ini yang menjadikan awal dari sumber penyakit dari tahun ket tahun semakin meningkat. Dan mereka yang kelebihan berat badan ada yang melakukan berbagai cara untuk dapat menurunkan berat badan dengan melakukan olah raga dan diet. Namun secara keseluruhan pola makan itu memiliki peranan yang penting sekali.

Tapi, masih banyak orang yang belum tahu takaran makanan yang harus dikonsumsi agar pas untuk pemenuhan keseharian. Sebab kebutuahn asupan makanan setiap orang berbeda-beda tergantung pekerjaan yang dilakukan. Dengan melihat ketidak tahuan bagaimana memastikan asupan makanan yang pas itu, sekolompok anak IPB membuat alat yang dapat mengukur takaran makanan yang pas dalam progam diet.
Mereka terdiri dari Ida Mursyidah, Lely Trijayanti dan Fatma Putri ST, mahasiswa dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) dan Alvin Fatikhunnada dari Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian (FATETA) serta Hasan Nasrullah dari Departemen Fisika Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) yang mendesain Centong digital untuk mencegah obesitas dini.

Alat pengukur ini diberinama “Capres” tapi ini bukanlah calon presiden, namun sebuah alat yang terbuat dari centong nasi yang dipasangi dengan timbangan dengan flex sensor, baterai, dan LCD. Inovasi ini sangat mudah dibuat dan pengukur timbangan ini dibandrol dengan harga Rp. 400.000 saja. Ini tidak terlalu mahal dengan alat timbangan digital yang lain berkisar atara Rp. 150. 000 sampai Rp. 200.000 saja.
Pada waktu sekarang alat ini dapat mengukur porsi makanan seperti nasi, sayur, daging dan kacang-kacangan saja. Akan tetapi kedepan alat ini akan dikembangkan untuk dapat mengukur kadar gula, kadar garam pada makanan. Hal ini akan semakin banyak membantu orang sekarang untuk mengetahui dengan baik porsi makanan itu terdiri dari apa saja dan berapa kadarnya.

Dengan karya yang telah diciptakan ini, baru-baru ini mereka telah memenangi kompetsi inovasi di Yogyakarta dengan menyabet juara 1. Kemenagan ini sebagai bukti bahwa karya ini memiliki kualitas dan nilai guna yang sangat dibutuhkan pada waktu sekarang ini. Teknologi ini diharapkan menginspirasi bagi ilmuwan Indonesia lain  terpacu untuk berkarya.

Sumber: antaranews.com

http://beritabaik.web.id/2014/06/12/capres-pengukur-kadar-makan-dari-ipb/

Pembasmi Kanker Otak

View Article
Banyak orang yang mengidap penyakit kanker dan membuatnya harus kehilangan nyawanya. Namun kini, tidak perlu resah dengan salah satu penyakit yang cukup menakutkan tersebut. Karena sekelompok ilmuwan CTech Laboratory bersama dengan Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia (MITI) berhasil menemukan alat untuk membasmi kanker otak.

Penemuan ini sangat membantu dan memberikan loncatan dalam penanganan penyakit kanker otak yang selama ini yang menakutkan. Seperti yang dikemukakan oleh Warsito sebagai ketua tim yaitu menerapkan metode radiasi listrik statis. Dan temuan ini telah di uji cobakan terhadap pasien yang mengidap penyakit kanker otak. “Hasilnya sungguh sangat luar biasa, pasien itu dapat sembuh total setelah jangka dua bulan setelah penggunan alat ini,” tutur Warsito.

Menurutnya, pasien sudah tak mampu bergerak karena otak kecil sebagai pengendali sistem motorik tubuhnya sudah tak bisa menggerakkan seluruh otot. “Dia hanya bisa berbaring dan tak mampu bergerak, termasuk menelan makanan atau minuman yang diasupkan ke mulutnya,” ujar Warsito. Tim peneliti kemudian merancang perangkat yang disesuaikan dengan diagnosis dokter.

Hal ini memberikan bukti yang nyata, bahwa alat ini dapat digunakan sebagai penyembuh kanker otak. Karena selama ini proses penyembuhan kanker otak ini  berbiaya tinggi yang sangat memberatkan pasien. Sehingga dengan alat ini akan memberikan keringanan biaya yang cukup signifikan.

Selanjutnya perlu ada dukungan dari semua elemen untuk dapat mengembangkan alat ini agar menjadi lebih baik lagi. Karena ini sangat memiliki peran yang cukup besar sebagai pendorong terhadap teknologi anak bangsa kedepan. Hal ini yang dikemukan oleh Suharna Surapranata sebagai mantan menristek Indonesia.

Sumber: ristek.go.id dan republika.co.id